Aku ingin tertawa saja, karena tangis membuat dunia meraja
Aku semakin tak mampu berlogika
Tawakal sudah tinggi-tinggi kupancangkan,
Namun ia menghilang secepat angin,
Bodohnya aku berdiri dan menyambut luka
Padahal sadar akan tersungkur dalam kepedihan.
Aku kembali dihantui ketakutan
Mereka tertawa-tawa diantara pintu masa lalu dan masa depan
Tatapanku semakin samar, nanar akan buruknya bayangan
Aku hanya ingin berjalan ditempat dan tak lagi melangkah ke depan
Semakin diri ini tak mengerti maunya
logika,
Terserah seberapa tinggi kecemasan itu ada,
Setidaknya aku tak ingin mati segera.
Aku masih punya mama, yang kucari surga dibawah kakinya
Aku tidak butuh mereka!
Yang merobek dan menusuk luka, atas nama dunia.
Bukan salah mereka, tapi kadang aku tak pandai memahami cinta dimata
mereka.
Ya, aku saja yang terlalu bodoh untuk mengukir harapan diatas keterbatasan
Membumbungkan angan dalam ketidakpastian
Berani bermain-main ditengah keterpurukan.
aku hanya manusia, tak bisa menghalau
rasa tiba-tiba lantaran sebuah kepedihan. aku tak ingin mengutuk takdir, tapi
sayangnya aku tak mampu lari dari keterpurukan. aku hanya ingin menghempas
angin yang terhenti di kerongkongan dan isak tangis di lubang-lubang hidung
yang menyesakkan. biarlah ia pergi tanpa meninggalkan pesakitan.
Wahai Dzat yang Jiwaku berada
ditanganNya, mampukan aku untuk mengusap linangan sebanyak yang Kau tumpahkan,
sanggupkan aku menatap lagi masa depan, kuatkan aku dengan janji-janji yang Kau
bisikkan...
aku menungguMu dalam hening, cukup
hanya Engkau dan aku saja!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar