Rabu, 14 Maret 2012

Masa Lalu


Lirik lagu ini cukup mewakilkan perasaan ku saat ini :’). Im nothing okay.

Derai tetesan air mata
Ku rasa kini kering sudah
Meratapi masa laluku
Yang tak berpihak kepadaku

Kini engkau ada dimana
Ku tak tahu apa kabarmu
Mungkinkah nanti ku temui dirimu
Yang aku cintai

Tertulis kisah cerita kita
Begitu indah masa laluku
Dia menangis dipelukanku
Lalu berkata pertahankan aku

Dimana kini masa laluku
Apakah engkau mendengar laguku
Yang telah tersaji hanya untukmu
Sebagai pelengkap cerita hidupku

Tertulis kisah cerita kita
Begitu indah masa laluku
Dia menangis dipelukanku
Lalu berkata pertahankan aku

Dimana kini masa laluku
Apakah engkau mendengar laguku
Yang telah tersaji hanya untukmu
Sebagai pelengkap cerita hidupku

Dimana kini masa laluku
Apakah engkau mendengar laguku
Yang telah tersaji hanya untukmu
Sebagai pelengkap cerita hidupku

Sebagai pelengkap
Cerita hidupku (Zizan)

Selasa, 13 Maret 2012

Butiran Debu


Malam ini , bait lagu ini bikin galaudee. (-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩___-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩)
Kita kupas yuksss lirik lagu rumor – butiran debu (-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩___-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩)

namaku cinta ketika kita bersama
berbagi rasa untuk selamanya
namaku cinta ketika kita bersama
berbagi rasa sepanjang usia
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
hingga tiba saatnya aku pun melihat
cintaku yang khianat, cintaku berkhianat
aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
aku tenggelam dalam lautan luka dalam
aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
aku tanpamu butiran debu

namaku cinta ketika kita bersama
berbagi rasa untuk selamanya
namaku cinta ketika kita bersama
berbagi rasa sepanjang usia

hingga tiba saatnya aku pun melihat
cintaku yang khianat, cintaku berkhianat ooh

menepi menepilah menjauh
semua yang terjadi di antara kita ooh

aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
aku tenggelam dalam lautan luka dalam
aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
aku tanpamu butiran debu

(aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
aku tenggelam dalam lautan) dalam luka dalam
aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang

aku tanpamu butiran debu, aku tanpamu butiran debu
aku tanpamu butiran debu, aku tanpamu butiran debu

Senin, 12 Maret 2012

Aku dan gadis khayalku


“Tita, cepat kemari. Raka dan Putra sudah datang “ teriak ibu ku di sela aku menyisipkan dasi di kerah seragam abu-abu pituh ku.
Aku pun segera melangkahkan kakiku menuruni anak tangga dan menuju ke ruang tamu. Seperti biasa, aku, Raka dan Putra selalu berangkat menuju ke sekolah bersama-sama. Raka pun berjalan menuju ke mobilnya dan segera melajukan mesin mobilnya. Kami sudah besahabat sejak smp, dan kali ini kami disatukan kembali meneruskan SMA satu sekola. Sosok Raka dan Putra pun sudah sangat ku kenali. Watak mereka masing-masing dan ciri khas mereka pun sudah sangat biasa bagiku.
 ##

Setelah jam pelajaran usai, aku berjalan begitu pelan menyusuri koridor kelas. Dengan nafas terengah-engah, ku hentikan langkahku. Langkahku tak dapat ku lanjutkan, aku tidak dapat menatap jalan. Hanya bayangan kabur yang ada di depanku. Hingga ku temukan tubuhku, menatap sayup-sayup lampu yang mulai terang. Tubuhku terbaring lemah, dengan ikatan selang di tangan kiriku. Ku lewati hariku dengan ikatan jarum dan selang di jemariku. Sudah 1 minggu aku melewatkan pelajaran sekolaku. Kini, aku kembali mengikuti pelajaran di sekola. Pagi ini, aku beranjak dari kasurku dan melakukan aktivitas ku seperti. Sepulang sekola, ditengah perjalananku.
“Tita..” panggil seorang gadis sebaya dengan ku. “iya” jawabku pelan dan berjuta keheranan.
Seorang gadis sebaya dengan pakaian penuh noda dengan memegang boneka dear laki-laki dan perempuan.
“kau Tita ?”
“iya, kau siapa”
“Panggil aku peri surga” jawabnya dengan pasti.

Aku pun mengajaknya duduk di bangku taman dekat sekola. Ia menceritakan kisah hidupnya yang begitu menyesakkan hati. Seorang gadis yang sebaya denganku, sudah hidup seorang diri ditengah ramainya dan sulitnya hidup di tengah-tengah kota. Ibunya sudah lama meninggalkan ia dan ayahnya di dunia ini. Setelah di tinggal ibunya, hanya ia dan ayahnya yang berjuang melewati sulitnya kehidupan di tengah-tengah kota ini. 



Tapi, sosok ayah yang hanya menemani dirinya di tengah kota ini, malh lari dari kenyataan dan meninggalkannya. Ayahnya menikah dengan seseorang yang hidupnya serba berkecukupan.
“lantas. Apa kau tak mendatangi ayahmu?” tanyaku dengan bimbang.
“bagaimana mungkin aku mendatanginya. Aku pernah bertemu dengan nya dan istri barunya. Lantas, apa yang diucapkan . ia hanya mencaci maki ku dengan sejuta penghinaan. Katanya, aku hanya sial dan sampah baginya. Aku bukan anaknya.” Jawab gadis itu .
“bagaimana mungkin kau hidup berjuang di tengah kota dan hanya seoranng diri?” tanyaku dengan menghapus haru yang berlinang di pipiku.
“jangan kau tanyakan itu. Aku masi punya raga yang utuh. Selagi aku masi bisa berjuang, aku tak ingin mengulurkan tanganku dengan sendu-sendu ke orang lain”. “kau begitu hebat, aku salut dengan mu. “Maukah kau berteman dengan ku” tanyaku dengan harap pasti.
“apa kau tak malu berteman dengan gadis compang-camping sepertiku?”
“apa yang perlu di permalukan ? kita sama di ciptakan tuhan. Di mata tuhan semua sama. Ayolah, kau mau tidak ?” paksaku.
“dengan senang hati”.
“apa yang kau bawa di genggaman jarimu peri surga ? sepasang boneka dear ?”
“iya. Hanya sepasang boneka dear ini, yang menemaniku selama ini. Tapi sekarang boneka ini untuk mu, kau teman baik ku kini. Terimalah boneka ini”.

Ku raih boneka itu dengan pelan yang tergenggam erat di tangan gadis itu. Sejak saat itu. Aku dan gadis yang ku kenal dengan sebutan peri surga itu berteman dengan akrab. Sepulang sekolah, selalu ku sempatkan waktuku untuk berkunjung ke taman sekola. Kebiasaan itu pun berjalan sangant lama. Selalu ku sisipkan bekal makan ku, dan sepulang sekolah aku menghabiskan nya dengan gadis peri surga itu.
 ##

“Tita” panggil mama ku di sela waktu istirahtku.
“iya ma. Ada apa ?”
“bantu mama menyelesaikan tugas mama. Mau tidak tit ?”
“ahh mama. Iya dehh”.
Setelah tugas terselesaikan. Aku membereskan berkas-berkas tugas kantor mama dan meletakkanya di laci kerja mama. Selembar amplop besar pun melayang dan terjatuh di lantai. Setahap demi setahap , berkas-berkas itu telah tersusun rapi. Ku ambil selembar amplop coklat yang terjatuh di lantai. Aku memandang amplop itu dengan penuh rasa heran, dengan sampul coklat yang berbeda dengan berkas-berkas mama yang lain. Aku pun membukanya, hanya untuk mengetahui seketika. Aku memandang isi kertas itu, seketika air mataku berlinang membasahi amlplop coklat itu. Segera ku beraskan amplop itu dan kembali meletakkanya di meja kerja mama. Malam itu, aku menghabiskan malam dengan tetesan beribu air mata yang berlinang. Tak tahu, entah berapa air mata yang menetes. Aku berharap mimpi yang tak pasti. Semua itu terbongkar seketika karena hati penasaranku dengan amplop coklat yang ku genggam tadi. Sungguh ironis, aku di nyatakan positif terkena kanker. Seketika itu, ragaku sungguh tak bernyawa. Semua yang di sembunyikan mama ku telah terbongkar seketika. aku tak berani berkata, ku biarkan semua ini berjalan apa adanya.
 ##

 Hari ini, aku bergegas merapikan buku-buku ku yang berserakan di meja kelas. Aku segera beranjak menuju taman dekat sekolah.
“Tita Tita” panggil Raka dan Putra.
“iya” jawabku.
“Pulang bareng yuk” sahut Raka.
“Ahh tidak deh, aku mau ke taman dekat sekola dulu Raka. Kalian berdua ikut aku ya? Aku mau kenalin ke kalian sahabat baruku”.
“Sahabat siapa tit?” tanya Putra kebingungan.
“Sahabat baruku put. Ayoo ikut aku” ajak ku dengan nada pelan.
Kami pun beranjak keluar kelas dan melwati koridor-koridor sekolah yang sudah sepi. Gadis sebaya itu sudah duduk di bangku taman dekat sekola.
“Itu sahabat baruku”.
“Mana sih tit ? gaada siapa-siapa kok” tanya Putra memandangi sudut-sudut taman yang sepi tak ada seorang pun.
“Itu Putra. Yang duduk di bangku taman” jawabku paksa.
“Udah lah tit, kita gak lihat kok. Halusinasi kamu saja mungkin” sahut Raka dengan pasti.
Raka dan Putra pun beranjak meningglkanku. Aku masi tetap terdiam terpaku seorang diri, ku dekati gadis itu. Sekejap gadis itu menghilang tak tahu kemana.
##

Sepulang sekolah, seperti biasanya. Ku luangkan waktuku untuk datang ke taman sekolah. Tapi, tak ku dapati gadis sebaya itu di taman dekat sekola. Dan akhirnya, aku pun bernjak melangkahkan kaki ku untuk kembali pulang ke rumah. Langkahku belum terjangkau di rumah, sudah kurasakan pusing tak henti-henti. Hingga ku dapati tubuhku terbaring lemah di rumah sakit. Aku beranjak bangkit dari kasurku dan meraih gelas yang ada di meja dekat kasurku. Gelas itu tak tersentuh, aku tak dapat meraihnya. Sudah ku raihkan tanganku untuk memegang gelas itu. Tapi tak sanggup jua aku memegangnya. Hingga gadis se baya yang ku panggil peri surga itu, muncul dihadapanku.
“kenapa kau disini” tanyaku heran.
“ayo kawan. Kita bermain bersama lagi.
Aku dan kau kini ada di dunia lain. Berbeda dengan sahabatmu dan ibu mu.
“apa yang kau katakan? Aku tak tahu”.

Raka dan Putra pun memasuki kamarku dengan mata yang dibasahi air mata. Aku pun mendekati Raka dan Putra, berusaha meraih pundak mereka. Aku tak sanggup melakukan itu. Terpaku aku melihat tubuhku yang terbaring lemah dengan selang dihidungku dan tempelan selang di dada ku. Air mataku pun berlinang, tak sanggup aku menatap mama, Raka dan Putra yang bersendu sendu di tubuhku yang terbaring lemah. Sejuta pertanyaan meliputi diriku, hingga aku di temui seseorang yang menatap ku dengan tatapan kosong dan meraih tanganku dengan senyuman.
“siapa kau” tanyaku.
“mari, ikut dengan ku. Ini bukan tempatmu lagi. Dunia kau sudah berbeda”.
--SELESAI--

Cintaku Hilang :')

Keingat sekali, laguu ini. Ketika kita udah putus, kamu minta  aku jemput kamu, pas kamu pulang dari malang. Pulang-pulang mampir beli nasi goreng dulu. Ditengah asiknya kita ngomong-ngomong, kamu ngupas cerita masa lalu kita dulu. Itu hal yang gabisa aku tahan, air mata netes begitu saja di hadapan kamu. Malu sekali aku gembeng di hadapan kamu. Kamu sendiri yang bilang, kalo aku gaboleh gembeng. Harus hadapi dunia dengan senyuman, tapi aku gabisa nahan air mata itu. Kamu ngulurin tanganmu buat hapus air mataku malam itu sambil nyanyiin bait lagu ini di hadapanku. Moment yang indah sekali :’(.

Seandainya bisa terulang kembali
Saat pertama bertemu antara kau dan aku
Kau sentuh jemari tanganku
Terbuai indahnya kata cinta terucap olehmu
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Manis.. Manis yang ku rasa
Ku tak rela cintaku berakhir
Ku minta kau katakan cinta
Saat ku terjaga
Adakah kau rasa
Tak seperti diriku kini
Cintaku t’lah hilang
Sayangnya kini aku tak mengerti
Begitu berat rasa ingin memelukmu
Tapi ku hanya bisa mengingatmu
Karena kau tak pernah tau tentang rasa ini
Hilang.. Hilang yang ku rasa
Cintaku kini telah berakhir
Dirimu yang selalu temani hayalku
Tatap mataku
Rasakan tangisku
Agar kau tahu
Karna ku biasa denganmu dahulu
Di setiap waktu
Ku minta kau katakan cinta
Saat ku terjaga
Adakah kau rasa
Ku minta kau katakan cinta
Saat ku terjaga
Adakah kau rasa
Tak seperti diriku kini
Cintaku t’lah hilang
Cintaku t’lah hilang

Minggu, 11 Maret 2012

Bahagiaku untukmu

“Sar, lihat deh bintang itu indah yaa sinarnya”.
“Iya nda, seindah persahabatan kita”.
“hmm, Sar gue berharap agar kita jadi sahabat selamnya!”
“Iya nda, sama. Janji!” ucap sari sambil mengulurkan jari jentik manisnya ke Rinda.
“Janji!” ucap Rinda sambil mengulurkan tangannya, dan mengikat jentik manis Sari.
Itulah persahabatnku denagn Safarinda Arindiani, sahabatku sejak aku dududk dibangku SD. Dan gue Pramita Sari, siswa SMP Harapan, sekarang gue duduk dibangku kelas 9.
***
“Sar, ke kantin yuuk, perut gue udah laper ni?” ucap Rinda sambil menarik tangan Sari.
“Ya, sama nihh, gue juga uda laper nda, ayook ke kantin!”.
Ditengah perjalanan Rinda terpaku dan terhentak jalannya. Sambil tersenyum gila dan mengedi-edipkan matanya.
“Nda, lo kenapa sih?”
“Lihat tuh Sar, pangeran gue disebrang sana” sambil menatap dengan tersenyum gila.
Seorang cowok dengan gaya tampan nya, sambil memegang bola basket. Terlihat cowok dengan badan tinggi dan cool. Hati Sari tersentak kaget. Ia menahan butiran bening yang akan membasahi pipiny. Menahan derai tetesan bening yang akan mengalir dipipinya. Yaah, itulah Henrico Putra Bramastha, cowok yang sejak awal MOS gue kagumi, tapi gue gak perna sedikit mengutarakan pada sahabat gue Rinda, kalau gue punya rasa yang berbeda dengan Rico.
Gue emang gaamau orang lain tau tentang perasaan ini. Karena gue tau gaamungkin kalo gue bisa dapetin hati Rico, cowok popular satu sekolah.
Sejak itu, gue mencoba untuk menahan semua rasa di hati gue, dan gaa akan gue luapin dulu. Mencoba menyimpan rasa dihati gue, walau itu teramat perih. Gue gaamau sahabat gue tentang ini. Dan gue tau, banyak cowok yang sering deketin Rinda.Rinda selalu bisa dapetin apa yang mereka inginkan.
***
“Arrrrrgghhhh, bodohnya dan PENGECUTnya yang gaabisa ngungkapin perasaannya dengan orang lain” ucapku sambil melempar buku yang tertataa rapi di meja kamarku.
“Hanya seorang pengecut yang gaabisa ngungkapin perasaannya dengan orang lain” sentak hatiku.
Ku ikuti suasana malam dalam deraian angin yang kencang dan dinginnya malam yang menemani hatiku yang sedang hancur, sambil memeluj kedua kakiku yang terlipat.
***
Seperti biasa, pagi-pagi Rinda menjemput di rumahku untuk berangkat sekola bersama.
“Sar, Rinda udah dating tuhh” ucap mama lantang.
“Iaya maa”, aku pun langsung bergegas turun dan menemui Rinda .
Disaat perjalanan menuju sekolah, Rico yang menatapku dari kejauhan dengan tersenyum lebar, aku pun melihat disekelilingku, mencari kjepada siapa Rico tersenyum. Tapi di sekelilingku sepi, hanya ada aku dan Rinda. Aku pun kembali melemparkan senyuman terbaikku ke Rico dengan ragu.
Tapi aku gaa peduli, karena yang aku tau Rico tersenyum kepadaku. Hatiku berbunga-bunga, Rasanya Rico telah member sinyal kepadaku bahwa ada yang berbeda dengannya.
Tapi, itu gaa mungkin, jiaka aku bisa lebih mengenalnya dan memiliki sepenuh hatinya. Aku hanyamanusia  yang tak mungkin memilikinya, tingkatan dia bukan selevel denganku , mungkinRinda ayang bisa memiliki  hatinya. Rico ketua tim basket di sekola dan Rinda cewek popular ketua cherladear.
Hari-hari yang berjalan, kini aku mulai untuktidak mengagumi Rico, karena aku tau itu hanya mimpi belaka.
***
Pagi menjelang, matahari telah muncul dan duduk manis di langit yang biru dan udara yang cukup bersahabat untuk udara sekelas Bandung yang dinginnya bisa menusuk tulang.
Aku mencoba mengingat
, kenapa Rico lagi Rico lagi?
Aakkkkkkkkhhhhhh.
Teriakku dalam hati sambil mengusutkan rambutku. Kenapa harus dia yang aku kagumi, kenap disaat aku mengagumi seseorang, sahabatku juga iya. Arrrrggh, aku takut kalo-kalo, persahabanku dengan Rinda akan retak gara-gara seorang Rico. Kata-kata ini pun menghantuiku, rasanya remuk hatiku.
***

“Sar, gue udah jadian sama Rico” teriaknya Rinda ditelingaku dengan lantang.
Aku hanya terdiam, seakan jiwaku ada yang melayang.
Aku mencoba menahan tiap derai bening yang akan menetes dipipiku.
“oo…o….o guuee  ju..ju..ga turut sengang nda” ucapku dengan terbata-bata.
“Thanks yaa Sar”.
“Iya  nda, gue ke toilet dulu yaa.”
“Iyaa Sar.”
Butiran bening pun membasahi pipiku, aku gaabisa lagi menahan kesedihanku. “Arrgggghh bodoh diriku , PENGECUT, gaaberaningungfkapin perasaan gue” kata-kata ini terus mnenghantuiku.
Dengan pelan, gue yakinin hati gue , gue ikhlasin semuanya demi sahabat gue sendiri.

Teeetttt….teetttt…..teeett
Tanda akhir sekola telah berbunyi, aku beranjak pulang dan segera kupacu soluna hijau metalikku dengan hati yang tak pasti dan kecewa.
Setelah tikungan itu, aku akan segera keluar pagar sekola, tapi UUUPPSS!!! Nyaris saja aku menabrak seorang nenek yang menyebrang jalan itu.
Untung aku cepat menguasai keadaan hingga mobilku bisa berhenti dipinggir jalan sebelum sempat menabrak pohon beringin besar disisi jalan itu.
Aku menarik nafas lega. Aku keluar, hanya ingin mengetahui keadaan nenek  tua itu, tapi kelihatannya dia baik-baik saja , hanya aku terkejut sedikit.
 Tapi sudah banyak anak yang datang menolong, termasuk Rinda.
Rinda segera memluk nenek itu, sebelum dia menjerit dengan kerasnya. Aku heran melihatnya, nenek itu baik-baik saja bahkan sekarang bisa berdiri tanpa bantuan Rinda.
Tapi Rinda terus menatap ke arah mobilku, sambil meneteskan air matanya. Lirih juga kudengar dia menyebut namaku. Lalu datang Rico, dan menenangkan Rinda. Ada segulir air matanya jatuh dipipinya. Aku tak mengerti segera ku dekati Rinda sahabatku itu. Aku tak tahan melihatnya menangis tersendu seperti ini.
 Tapi seakan dia tak melihatku, berlari mendekati di sekeliling mobilku, menarik seorang wanita muda yang bersimbah darah dari kursi depan mobilku. Aku heran, dan berjalan mendekat.
 Melihat Rinda yang masih terus menangis. Lalu aku melihat wajah itu, penuh darah, tapi aku masih bisa mengenalinya. DIA ADALAH AKU.